Kamis, 25 Oktober 2012

Makalah SPK


MAKALAH SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN




SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DAN METODE AHP

 



Makalah ini disusun sebagai tugas dari 
mata kuliah Sistem Pendukung Keputusan

Disusun oleh:
NAMA                       : PRESTI WARDHANI
NIM                            : A12.2009.03407
                        PROGRAM STUDI : SISTEM INFORMASI-S1

FAKULTAS ILMU KOMPUTER
UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO
SEMARANG
2012

    1. ABSTRAK
Dalam sebuah instansi atau perusahaan, manajemen selalu dihadapkan pada pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan merupakan sebuah proses memilih tindakan dari berbagai pilihan atau alternatif untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Menurut Simon (1977) pengambilan keputusan manajerial sinonim dengan proses keseluruhan dari manajemen. Manajemen dituntut untuk selalu memilih dan menentukan keputusan-keputusan secara cepat, tepat dan benar. Pentingnya fungsi manajerial dalam hal perencanaan meliputi rangkaian keputusan dimana harus menjawab berbagai pertanyaan seperti apa yang harus dilakukan? Kapan? Di mana? Mengapa? Bagaimana? Oleh siapa? Manajer menentukan tujuan dan rencana. Oleh karena itu perencanaan mengimplikasikan sebuah pengambilan keputusan.
Sistem pendukung keputusan menjadi solusi bagi perusahaan yang menangani pekerjaan baik dengan tingkat biasa sampai dengan tingkat kompleksitas yang tinggi. SPK sebagai suatu sistem berbasis computer mendukung pembuatan keputusan pada tingkat manajerial dengan situasi keputusan semi terstruktur. SPK dalam hal ini tidak menggantikan peranan manajer, melainkan hanya memberi informasi mengenai masalah yang bersangkutan, keputusan tetap berada di tangan manajer. SPK adalah suatu sistem informasi yang menggunakan model-model keputusan, basis data, dan pemikiran manajer sendiri, proses modeling interaktif dengan komputer untuk mencapai pengambilan keputusan  oleh manajer tertentu.
Survei mennyimpulkan bahwa banyak alasan perusahaan besar mengembangkan sistem pendukung keputusan skala-besar. Di antaranya, perusahaan bekerja dalam ekonomi yang tidak stabil dan berubah dengan cepat, adanya kesulitan untuk melacak berbagai operasi bisnis, meningkatnya persaingan, e-commerce, tidak ada sistem yang mendukung pengambilan keputusan, diperlukannya informasi yang akurat baik untuk peningkatan kinerja maupun kepuasan pelanggan.
SPK tidak berdiri sendiri karena ada berbagai macam metode yang dapat digunakan untuk membantu dalam pemrosesan SPK. Misalnya adalah metode sistem pakar, regresi linier, B/C ratio, AHP, IRR, NPV, FMADM, dan SAW. Dalam perjalanannya, AHP yang lebih sering digunakan sebagai metode pemecahan masalah dibanding dengan metode yang lain karena strukturnya yang berhirarki, sebagai konsekuesi dari kriteria yang dipilih, sampai pada subkriteria yang paling dalam. Selain itu, AHP juga memperhitungkan validitas sampai dengan batas toleransi inkonsistensi berbagai kriteria dan alternatif yang dipilih oleh pengambil keputusan.

Kata kunci : pengambilan keputusan, Sistem Pendukung Keputusan, Analytical Hierarchy Process (AHP)

2. PENDAHULUAN
Kemajuan dalam bidang teknologi dan informasi saat ini memang sudah tidak diragukan lagi mengingat begitu banyaknya aplikasi yang sudah diterapkan dan menjadi pendukung dalam setiap pekerjaan di sebuah instansi atau perusahaan. Sejalan dengan meningkatnya berbagai macam aplikasi yang terus dikembangkan, peranan manajer dihadapkan dengan berbagai macam pengambilan keputusan, baik pada tahap perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, maupun pada tahap penilaian.  
Sistem pendukung keputusan (SPK)  hadir sebagai salah satu solusi bagi para manajer dalam menangani setiap pengambilan keputusan secara cepat dan tepat. SPK merupakan bagian dari sistem informasi berbasis komputer (Computer Based Information Systems), termasuk dalam sistem berbasis pengetahuan atau manajemen pengetahuan yang  dipakai untuk mendukung pengambilan keputusan dalam suatu instansi atau perusahaan. SPK sebagai sistem komputer berperan mengolah data menjadi informasi untuk mengambil keputusan dari masalah semi terstruktur yang spesifik.
Istilah Sistem Pendukung Keputusan atau Decision Support System pertama kali dikemukakan oleh G. Anthony Gorry dan Michael S. Scoot Morton pada tahun 1971, keduanya merupakan profesor MIT, USA . Dari mereka muncul suatu pemikiran untuk mengarahkan penggunaan aplikasi komputer untuk membantu pengambilan keputusan yang dilakukan oleh manajemen berdasarkan kepada konsep Simon mengenai keputusan dari yang terstruktur sampai keputusan yang tidak terstruktur, juga berdasarkan kepada konsep Robert N. Anthony tentang tingkatan-tingkatan manajemen.
SPK didefinisikan sebagai “Sistem Berbasis Komputer Interaktif membantu para pengambil keputusan untuk menggunakan data dan berbagai model untuk memecahkan masalah-masalah yang tidak terstruktur”. SPK menyediakan informasi, pemodelan, dan pemanipulasian data.
Ada berbagai macam metode yang dapat digunakan untuk membantu sistem pendukung keputusan, seperti sistem pakar, regresi linier, B/C ratio, AHP, IRR, NPV, FMADM, dan SAW.
Dalam perkembangannya, AHP yang lebih sering digunakan sebagai metode pemecahan masalah dibanding dengan metode yang lain karena strukturnya yang berhirarki, sebagai konsekuesi dari kriteria yang dipilih, sampai pada subkriteria yang paling dalam.
AHP (Analytical Hierarchy Process) dikembangkan oleh Dr. Thomas L. Saaty dari Wharton School of Bussines pada tahun 1970-an untuk mengorganisasikan informasi dan judgment dalam memilih alternatif yang paling disukai.  Persoalan yang kompleks dapat disederhanakan dan dipercepat proses pengambilan keputusannya. Prinsip kerja AHP adalah penyederhanaan suatu persoalan kompleks yang tidak terstruktur, strategik dan  dan dinamik menjadi bagian-bagiannya, serta menata dalam suatu hirarki. AHP merupakan suatu model yang luwes yang memberikan kesempatan bagi perorangan atau kelompok untuk membangun gagasan-gagasan dan mendefinisikan persoalan dengan cara membuat asumsi mereka masing-masing dan memperoleh pemecahan yang diinginkan darinya (Saaty, 1991, p23).

3. PEMBAHASAN
3.1  Pengambilan Keputusan
Keputusan merupakan tindakan atau rangkaian tindakan yang harus diikuti untuk memecahkan suatu masalah. Keputusan merupakan bagian dari suatu rangkaian proses pengambilan keputusan. Jenis-jenis keputusan menurut Simon:
1.    Keputusan terstruktur atau terprogram berasal dari permasalahan dan kejadian-kejadian yang terstruktur. Keputusan ini mencakup situasi dimana prosedur pengambilan keputusan yang harus diikuti dapat ditentukan sebelumnya. Misal: inventory re-order.
2.   Keputusan tidak terstruktur berasal dari permasalahan atau kejadian yang tidak terstruktur. Keputusan mencakup situasi keputusan dimana prosedur yang harus diikuti tidak bisa ditentukan sebelumnya. Misal: reorganisasi dalam perusahaan.
3.  Keputusan semi terstruktur, sebagian prosedur pengambilan keputusan dapat ditentukan namun tidak cukup untuk memastikan keputusan. Misal: penjadwalan produksi.

3.2  Definisi SPK
Berikut ini definisi SPK menurut beberapa sumber:
1.Little, J.D.C. (1970) DSS sebagai “sekumpulan prosedur berbasis model untuk data pemrosesan dan penilaian guna membantu para manager mengambil keputusan”.
2.  Alter (1990) mendefinsikan DSS dengan membandingkannya dengan sistem EDP (Electronic Data Processing) tradisional pada lima dimensi sbb:
Dimensi
DSS
EDP
Penggunaan
Aktif
Pasif
Pengguna
Lini manajemen staf
Klerikal
Tujuan
Keefektifan
Efisiensi mekanis
Horison waktu
Masa sekarang dan akan datang
Masa lalu
Tujuan
Fleksibilitas
Konsistensi

3.    Bonczek (1980) DSS sebagai sistem berbasis computer yang terdiri dari tiga komponen yang saling berinteraksi : sistem bahasa (mekanisme untuk memberikan komunikasi antara pengguna dan komponen DSS lain), sistem pengetahuan (repository pengetahuan domain masalah yang ada pada DSS entah sebagai data atau sebagai prosedur), dan sistem pemrosesan masalah (hubungan antara dua komponen lainnya, terdiri dari satu atau lebih kapabilitas manipulasi masalah umum yang diperlukan untuk pengambilan keputusan).
4.  Moore and Chang (1980) SPK dapat digambarkan sebagai sistem yang berkemampuan mendukung analisis ad hoc data, dan pemodelan keputusan, berorientasi keputusan, orientasi perencanaan masa depan, dan digunakan pada saat-saat yang tidak biasa.

Dari beberapa definisi tersebut, maka dapat diambil kesimpulan bahwa Sistem Pendukung Keputusan merupakan sistem berbasis computer yang mendukung pembuatan keputusan pada tingkat manajerial dengan memanfaatkan data dan model tertentu untuk memecahkan berbagai persoalan. SPK sebagai pendukung pengambilan keputusan hanya memberi informasi, namun keputusan tetap berada di tangan manajer.

3.3  Konfigurasi SPK
Digunakan untuk proses kerja pribadi maupun kelompok Sistem Penunjang Keputusan. Proses konfigurasinya SPK akan melakukan suatu perulangan yang bersifat konstan sampai dengan adanya hasil keputusan yang diperoleh.
Terdapat tiga komponen utama dalam konfigurasi SPK:
1.      Data management. Melakukan pengambilan data yang diperlukan baik dari database yang berisi data internal maupun database yang berisi data eksternal.
2.      Model management. Melakukan interkasi baik dengan User Interface untuk mendapatkan perintah maupun Data Management untuk mendapatkan data yang akan diolah.
3.      User interface. Berinteraksi antara user dengan SPK, baik untuk memasukkan informasi ke sistem maupun menampilkan informasi ke user.

3.4  Karakter dan kemampuan SPK
Karakteristik dan kemampuan ideal dari SPK ditunjukkan dengan gambar di bawah ini:

1. Dukungan untuk pengambil keputusan, terutama pada situasi semiterstruktur dan tak terstruktur, dengan menyertakan penilaian manusia dan informasi terkomputerisasi. Masalah-masalah tersebut tidak dapat dipecahkan (atau tidak dapat dipecahkan dengan konvenien) oleh sistem computer lain atau oleh metode atau alat kuantitatif standar.
2.      Dukungan untuk semua level manajerial, dari eksekutif puncak sampai manajer lini.
3.    Dukungan untuk  individu dan kelompok. Masalah yang kurang terstruktur sering memerlukan keterlibatan individu dari departemen dan tingkat organisasional yang berbeda atau bahkan dari organisasi lain. DSS mendukung tim virtual melalui alat-alat Web kolaboratif.
4.   Dukungan untuk keputusan independen dan atau sekuensial. Keputusan dapat dibuat satu kali, beberapa kali, atau berulang (dalam interval yang sama).
5.  Dukungan di semua fase proses pengambilan keputusan: intelegensi, desain, pilihan dan implementasi.
6.      Dukungan untuk di berbagai proses dan gaya pengambilan keputusan.
7.      Adoptivitas sepanjang waktu. Pengambilan keputusan seharusnya reaktif, dapat menghadapi perubahan kondisi secara cepat, dan dapat mengadaptasikan DSS untuk memenuhi perubahan tersebut. DSS bersifat fleksibel dan karena itu pengguna dapat menambahkan, menghapus, menggabungkan, mengubah, atau menyusun kembali elemen-elemen dasar. DSS juga fleksibel dalam hal dapat dimodifikasi untuk memecahkan masalah lain yang sejenis.
8.    Pengguna merasa seperti di rumah. Rumah-pengguna, kapabilitas grafis yang sangat kuat, dan antarmuka menusia-mesin interaktif dengan satu bahasa alami dapat sangat meningkatkan keefektifan DSS. Kebanyakan aplikasi DSS yang baru menggunakan antarmuka berbasis-Web.
9. Peningkatan terhadap keefektifan pengambilan keputusan (akurasi, timeliness, kualitas) ketimbang pada efisiensinya (biaya pengambilan keputusan). Ketika DSS disebarkan, pengambilan keputusan sering membutuhkan waktu lebih lama, namun keputusannya lebih baik.
10. Kontrol penuh oleh pengambil keputusan terhadap semua langkah proses pengambilan keputusan dalam memecahkan suatu masalah. DSS secara khusus menekankan untuk mendukung pengambilan keputusan, bukannya menggantikan.
11.  Pengguna akhir dapat mengembangkan dan memodifikasi sendiri sistem sederhana. Sistem yang lebih besar dapat dibangun dengan bantuan ahli sistem informasi.
12.  Biasanya model-model digunakan untuk menganalisis situasi pengambilan keputusan. Kapabilitas pemodelan memungkinkan eksperimen dengan berbagai strategi yang berbeda di bawah konfigurasi yang berbeda. Sebenarnya, model-model membuat DSS berbeda dari kebanyakan MIS.
13.  Akses disediakan untuk berbagai sumber data, format, dan tipe, mulai dari sistem informasi geografis (GIS) sampai sistem berorientasi-objek.
14.  Dapat dilakukan sebagai alat standalone yang digunakan oleh seorang pengambil keputusan pada satu lokasi atau didistribusikan di satu organisasi keseluruhan dan di berbagai organisasi sepanjang rantai persediaan. Dapat diintegrasikan dengan DSS lain dan atau aplikasi lain.

3.5  Komponen
1.   Subsistem manajemen data. Subsistem manajemen data mencakup satu database yang berisi data yang relevan untuk situasi dan dikelola oleh sistem manajemen basis data (Data Base Management Systems (DBMS)). Ada beberapa perbedaan antara data base untuk DSS dan non-DSS. Pertama, sumber data untuk DSS lebih “kaya” dari pada non-DSS yaitu data harus berasal dari luar dan dari dalam karena proses pengambilan keputusan, terutama pada level manajemen puncak, sangat bergantung data dari luar, seperti data ekonomi. Perbedaan lain adalah proses pengambilan dan ekstrasi data dari sumber data yang Sangat besar. DSS membutuhkan proses ekstraksi dan DBMS yang dalam pengelolaannya harus cukup fleksibel untuk memungkinkan penambahan dan pengurangan secara cepat. Subsistem manajemen data dapat diinterkoneksikan dengan data warehouse perusahaan. Subsistem manajemen data terdiri dari elemen-elemen berikut ini:
a.  DSS database : kumpulan data yang saling terkait yang diorganisir untuk memenuhi kebutuhan sebuah organisasi dan dapat digunakan oleh lebih dari satu orang untuk lebih dari satu aplikasi. Data pada database DSS diekstrak dari sumber data internal dan eksternal, juga dari data personal milik satu atau lebih pengguna. Hasil ekstraksi ditempatkan pada database aplikasi khusus atau pada data warehouse perusahaan, jika ada.
b.  Sistem manajemen database : Database dibuat, diakses, dan diperbarui oleh sebuah DBMS. Kebanyakan DSS dibuat dengan sebuah DBMS relasional komersial standar yang memberikan berbagai kapabilitas.
c.      Direktori data : Merupakan sebuah katalog dari semua data di dalam database. Direktori ini berisi definsi data, dan fungsi utamanya adalah untuk menjawab pertanyaan mengenai ketersediaan item-item data, sumbernya, dan makna eksak dari data. Direktori ini terutama cocok untuk mendukung fase inteligensi dari proses pengambilan keputusan karena membantu men-scan data dan mengidentifikasi area masalah atau peluang-peluang.
d.     Query facility : Membangun dan menggunakan DSS sering memerlukan akses, manipulasi dan query data. Tugas-tugas tersebut dilakukan oleh query facility. Ia menerima permintaan untuk data dari komponen DSS lain, menentukan bagaimana permintaan dapat dipenuhi, memformulasikan permintaan dengan detail, dan mengembalikan hasilnya kepada pemberi permintaan. Query facility memasukkan sebuah bahasa query khusus (misal SQL).
2.     Subsistem manajemen model. Merupakan paket perangkat lunak yang memasukkan model keuangan, statistik, ilmu manajemen, atau model kuantitatif lainnya yang memberikan kapabilitas analitik dan manajemen perangkat lunak yang tepat.
a.  Basis model: Strategis, taktis, operasional. Statistik, keuangan, pemasaran, ilmu manajemen, akuntansi, teknik, dsb. Blok pembangun model
b. Sistem manajemen basis model: Perintah pemodelan, creation. Pemerliharaan;update. Antarmuka database.
c.       Bahasa pemodelan
d.      Direktori model
e.       Eksekusi model, integrasi, dan prosesor perintah
3.  Subsistem antarmuka pengguna. Pengguna berkomunikasi dengan dan memerintahkan DSS melalui subsistem ini. Pengguna adalah bagian yang dipertimbangkan dari sistem. Para peneliti menegaskan bahwa beberapa kontribusi unik dari DSS berasal dari interaksi yang intensif antara komputer dan pembuat keputusan.
4. Subsistem manajemen berbasis-pengetahuan. Subsistem ini dapat mendukung semua subsistem lain atau bertindak sebagai komponen independen. Ia memberikan inteligensi untuk memperbesar pengetahuan si pengambil keputusan. Susbsistem ini dapat diinterkoneksikan dengan repositori pengetahuan perusahaan yang kadang-kadang disebut basis pengetahuan organisasional.

Gambar Skematik DSS

3.6  Klasifikasi SPK
Menurut Holsapple dan Whinston (1996) mengklasifikasikan DSS menjadi enam kerangka kerja 
1.  DSS berorientasi-teks : Informasi (meliputi data dan pengetahuan) sering disimpan dalam format teks dan harus diakses oleh pengambil keputusan. Dengan demikian, adalah penting untuk menyajikan dan memproses dokumen dan fragmen teks secara efektif dan efisien. DSS berorientasi teks mendukung pengambil keputusan dengan secara elektronik melacak informasi yang disajikan secara teks yang dapat memengaruhi keputusan. DSS ini memungkinkan dokumen-dokumen dibuat secara elektronik, direvisi, dan dilihat ketika diperlukan. Teknologi informasi seperti imaging dokumen berbasis-Web, hypertext, dan agen cerdas dapat digabungkan ke dalam aplikasi DSS berorientasi teks. Aplikasi DSS berorientasi teks, diantaranya adalah sistem manajemen dokumen elektronik, manajemen pengetahuan, content management isi (Content Management Systems), dan sistem aturan bisnis. CMS digunakan untuk mengelola materi yang dikirimkan pada situs Web. Pengiriman (misal FedEx dan UPS) menggunakan DSS berbasis teks untuk mengoordinasikan pengiriman, membantu pelanggan menentukan cara terbaik untuk mengirim, dan membantu pelanggan serta perusahaan untuk melacak paket.
2.    DSS berorientasi-database : Pada DSS ini, database organisasi punya peran penting dalam struktur DSS. Generasi awal dari DSS ini terutama menggunakan konfigurasi database relasional. DSS berorientasi-database bercirikan pembuatan laporan yang baik dan kapabilitas query.  Hendricks (2002) menjelaskan bagaimana pemerintah Belanda menyediakan manajemen properti berbasis-Web untuk pengambilan keputusan cerdas. Sistem ini terutama berorientasi-data dan membantu agen pemerintah melalui standar dan database GIS dengan menggunakan properti portfolionya secara efektif.
3. DSS berorientasi-spreadsheet : Spreadsheet merupakan sistem pemodelan yang memungkinkan penguna mengembangkan model-model untuk mengeksekusi analisis DSS. Model ini tidak hanya membuat, melihat, dan memodifikasi pengetahuan prosedural, tetapi juga menginstruksikan sistem untuk mengeksekusi instruksi self-contained mereka (macro). Spreadsheet digunakan secara luas pada DSS yang dikembangkan oleh pengguna akhir. Alat pengguna akhir yang paling populer untuk mengembangkan DSS adalah Microsoft Excel. Karena paket-paket seperti Excel dapat memasukkan DBMS prinsipil atau dapat berantarmuka dengan DBMS, maka mereka pun dapat menangani beberapa properti dari DSS berorientasi-database, terutama manipulasi pengetahuan deskriptif. Beberapa alat pengembangan spreadsheet meliputi analisis ‘bagaimana-jika’ dan kapabilitas untuk menentukan tujuan.
4.    DSS berorientasi-solver : Solver adalah suatu algoritma atau prosedur yang ditulis sebagai satu program komputer untuk melakukan komputasi tertentu untuk memecahkan suatu tipe masalah tertentu. Contoh-contoh solver dapat berupa prosedur kuantitas pesanan ekonomis untuk menghitung kuantitas pesanan optimal atau rutin regresi linier untuk menghitung suatu tren. Solver dapat diprogram secara komersial dalam perangkat lunak pengembangan. Sebagai contoh, Excel, memasukan beberapa solver powerful – function dan procedure – yang memecahkan sejumlah masalah bisnis. Pembangun DSS dapat menggabungkan beberapa solver ketika membuat aplikasi DSS. Solver dapat ditulis dalam suatu bahasa pemrograman seperti C++; solver dapat ditulis secara langsung atau dapat menjadi alat add-in pada sebuah spreadsheet atau dapat di-embeded pada suatu bahasa pemodelan khusus, seperti Lingo.
5.      DSS berorientasi-aturan (rule) : Komponen DSS yang telah dijelaskan sebelumnya mencakup aturan prosedural maupun inferensial (reasoning), sering pada suatu format sistem pakar. Aturan ini bisa jadi kualitatif atau kuantitatif, dan komponen seperti itu dapat menggantikan atau diintegrasikan dengan model kualitatif.
6.    DSS gabungan (compound DSS) : Compound DSS adalah suatu hibrid yang meliputi dua atau lebih dari lima struktur dasar yang telah dijelaskan sebelumnya.
7.  DSS Cerdas : DSS cerdas atau DSS berbasis-pengetahuan (knowledge-base DSS). DSS cerdas akan dibahas di bagian lain.

3.7  Model Sistem Pendukung Keputusan

Dua jenis laporan:
1.      Laporan periodic laporan yang dipersiapkan sesuai dengan jadwal
2.      Laporan khusus laporan yang dipersiapkan secara tiba-tiba
Empat cara mengelola perbedaan:
1.      Menyiapkan laporan hanya jika sesuatu yang tidak diharapkan terjadi
2.      Menggunakan urutan laporan untuk menyoroti perbedaan yang muncul
3.      Mengelompokkan perbedaan bersama-sama
4.      Menunjukkan varians dari yang normal
Pembuatan model matematika
1.      Model statis tidak menyertakan waktu sebagai variable
2.      Model dinamis merupakan model yang menyertakan waktu sebagai variable

Cara lain mengelompokkan model adalah berdasarkan apakah formulanya mengenai probabilitas:
1.      Model probabilitas adalah model yang menggambarkan probabilitas
2.      Model deterministic adalah model yang menggambarkan sesuatu yang sudah pasti
Model optimisasi atau suboptimisasi
1.  Model optimisasi adalah model yang menunjukan solusi terbaik dari berbagai alternatif solusi yang tersedia
2.Model suboptimisasi adalah model yang memungkinkan seorang manajer untuk memasukkan serangkaian keputusan dan model akan memproyeksikan hasilnya

Model Simulasi
Simulasi merupakan model yang bergerak. Simulasi bekerja berdasarkan aturan tertentu, dimana aturan-aturan tersebut dijelaskan dalam bentuk data skenario yang tersimpan dalam field-field (elemen-elemen data) scenario. Istilah skenario digunakan untuk menjelaskan suatu kondisi yang menentukan bagaimana simulasi harus bekerja.

3.8  Analisis Sistem Pendukung Keputusan
Dalam pemrosesannya, berikut ini alternatif-alternatif yang bisa digunakan dalam mendukung pengambilan keputusan:
1.  What-if-analysis: mengobservasi bagai-mana perubahan terhadap variabel-variabel tertentu berpengaruh terhadap variabel lain
2. Sensitivity analysis: mengobservasi bagaimana naik turunnya satu variabel berpengaruh terhadap variabel-variabel lain
3. Goal seeking Analysis: merubah nilai-nilai beberapa variabel sampai satu variabel yang diinginkan mencapai nilai tertentu
4.  Optimization analysis: mencari nilai-nilai optimum dari variabel-variabel tertentu berdasarkan kendala-kendala yang ada.

3.9  Analytical Hierarchy Process
AHP merupakan suatu model pendukung keputusan yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty. Model pendukung keputusan ini akan menguraikan masalah multi faktor atau multi kriteria yang kompleks menjadi suatu hirarki,.
Menurut Saaty (1993), hirarki didefinisikan sebagai suatu representasi dari sebuah permasalahan yang kompleks dalam suatu struktur multi level dimana level pertama adalah tujuan, yang diikuti level faktor, kriteria, sub kriteria, dan seterusnya ke bawah hingga level terakhir dari alternatif. Dengan hirarki, suatu masalah yang kompleks dapat diuraikan ke dalam kelompok kelompoknya yang kemudian diatur menjadi suatu bentuk hirarki sehingga permasalahan akan tampak lebih terstruktur dan sistematis.

AHP sering digunakan sebagai metode pemecahan masalah dibanding dengan metode yang lain karena alasan-alasan  sebagai berikut :
1.      Struktur yang berhirarki, sebagai konsekuesi dari kriteria yang dipilih, sampai pada subkriteria yang paling dalam.
2.      Memperhitungkan validitas sampai dengan batas toleransi inkonsistensi berbagai kriteria dan alternatif yang dipilih oleh pengambil keputusan.
1.    Struktur yang berhierarki sebagai konskwensi dari kriteria yang dipilih sampai pada sub-sub kriteria yang paling dalam.
2.  Memperhitungkan validitas sampai batas toleransi inkonsentrasi sebagai kriteria dan alternatif yang dipilih oleh para pengambil keputusan.
3.  Memperhitungkan daya tahan atau ketahanan output analisis sensitivitas pengambilan keputusan.

Metode “pairwise comparison” AHP mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah yang diteliti multi obyek dan multi kriteria yang berdasar pada perbandingan preferensi dari tiap elemen dalam hierarki. Jadi model ini merupakan model yang komperehensif. Pembuat keputusan menetukan pilihan atas pasangan perbandingan yang sederhana, membengun semua prioritas untuk urutan alternatif. “ Pairwaise comparison” AHP mwenggunakan data yang ada bersifat kualitatif berdasarkan pada persepsi, pengalaman, intuisi sehigga dirasakan dan diamati, namun kelengkapan data numerik tidak menunjang untuk memodelkan secara kuantitatif.

Kelemahan
1. Ketergantungan model AHP pada input utamanya. Input utama ini berupa persepsi seorang ahli sehingga dalam hal ini melibatkan subyektifitas sang ahli selain itu juga model menjadi tidak berarti jika ahli tersebut memberikan penilaian yang keliru.
2.  Metode AHP ini hanya metode matematis tanpa ada pengujian secara statistik  sehingga tidak ada batas kepercayaan dari kebenaran model yang terbentuk daya tahan output analisis sensitivitas pengambilan keputusan.

4. SIMPULAN
Dari hasil pembahasan sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.      Sistem Pendukung Keputusan dirancang untuk mendukung seluruh tahap pengambilan keputusan mulai dari mengidentifikasikan masalah, memilih data yang relevan dan menentukan pendekatan yang digunakan dalam proses pengambilan keputusan sampai mengevaluasi pemilihan alternatif-alternatif yang ada.
2.      SPK menyediakan dukungan informasi interaktif bagi para manajer dalam proses pengambilan keputusan dengan menggunakan model-model analitik, basis data khusus, buah pikiran manajer sendiri, dan proses modeling interaktif.
3.      Dalam pemrosesannya, SPK dapat menggunakan bantuan dari berbagai macam metode seperti Artificial Intelligence, Expert Systems, B/C ratio, IRR, NPV, Fuzzy Logic, Analytical Hierarchy Process dll.
4.      SPK dalam pemodelan bisa menggunakan model statis (menggambarkan satu situasi) atau model yang dinamis (multiperiode).
5.      Dalam menganalisis suatu masalah, SPK menggunakan alternatif seperti what-if-analysis, sensitivity analysis, goal seeking analysis, dan optimization analysis dimana pemilihannya disesuaikan dengan kebutuhan informasi yang akan diproses.

5. DAFTAR PUSTAKA
Efraim Turban, Decision Support Systems and Intelligent Systems, edisi Bahasa Indonesia jilid 1,  Penerbit ANDI, Yogyakarta, 2005.
http://eprints.dinus.ac.id/200/ diakses tanggal 29 Oktober 2012
http://prezi.com/tltsk-yygbx4/spk-sebuah-tinjauan/ diakses tanggal 29 Oktober 2012
http://xa.yimg.com/kq/.../SISTEM+PENDUKUNG+KEPUTUSAN3.doc tanggal 29 Oktober 2012
Http:// materi-kulias-si.googlecode.com/files/Makalah%20SPK%20AHP.doc diaskes tanggal 31 oktober 2012

Senin, 22 Oktober 2012

Laporan Kerja Praktek


LAPORAN KERJA PRAKTEK
APLIKASI PEMBELIAN pada PT. ADI CITRA SAKTI
dengan MENGGUNAKAN MICROSOFT VISUAL BASIC 6.0

 


Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat pada mata kuliah Kerja Praktek
pada Program Studi Sistem Informasi Fakultas Ilmu Komputer
Universitas Dian Nuswantoro

Disusun oleh:
NAMA                       : PRESTI WARDHANI
NIM                            : A12.2009.03407
                        PROGRAM STUDI : SISTEM INFORMASI-S1

FAKULTAS ILMU KOMPUTER
UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO
SEMARANG
2012




ABSTRAK

Presti Wardhani (A12.2009.03407)
APLIKASI PEMBELIAN pada PT. ADI CITRA SAKTI
dengan MENGGUNAKAN MICROSOFT VISUAL BASIC 6.0
(x +  40 halaman: 41 gambar; 1 lampiran)
Perkembangan teknologi pada era globalisasi saat ini membuat hampir setiap instansi atau perusahaan yang melakukan transaksi pembelian menerapkan aplikasi pembelian guna mendukung proses pengelolaan administrasi perusahaan. Tujuannya adalah untuk mempermudah dan mempercepat pekerjaan di dalam perusahaan. Dalam operasionalnya, sebuah perusahaan tidak hanya membutuhkan sumber daya manusia, tapi juga aplikasi yang bisa mendukung pekerjaan user. Karena pada dasarnya manusia dan teknologi sudah memiliki ketergantungan sendiri. Penelitian ini dilakukan di PT. Adi Citra Sakti. Oleh karena pekerjaan yang ada pada bagian administrasi dan keuangan masih manual, maka penulis mengangkat judul Aplikasi Pembelian pada PT. Adi Citra Sakti dengan Menggunakan Microsoft Visual Basic 6.0, untuk memberikan kemudahan bagi user dalam pengelolaan data pembelian, mulai dari input data sampai dengan pembuatan laporan pembelian. Penulis memilih visual basic 6.0 karena visual basic 6.0  menyediakan tools yang dibutuhkan dalam membuat suatu aplikasi, sehingga tidak perlu membuat interface suatu aplikasi. Selain itu visual basic 6.0 juga dapat dihubungkan dengan MySQL untuk pengolahan database dan Crystal Report untuk pembuatan laporan. Dalam penggunaan aplikasi pembelian ini user dapat lebih mudah dalam melakukan input data, karena tidak perlu menginputkan data yang sama ketika ada transaksi lagi, karena sudah disimpan dalam database.

Referensi: 12 (2000-2009)

Kata kunci : aplikasi pembelian, Adi Citra Sakti, Microsoft Visual Basic 6.0, MySQL, Crystal Report



1.      Pendahuluan

Perkembangan aplikasi berorientasi objek saat ini diharapkan dapat menjadi solusi dalam penanganan pekerjaan yang masih manual dalam sebuah instansi/perusahaan. Hampir semua instansi/perusahaan sudah menggunakan berbagai macam aplikasi untuk menunjang pekerjaan mereka. Demikian pula dengan PT. Adi Citra Sakti, sebagai suatu penyedia solusi teknologi informasi yang ingin selalu memberikan pelayanan yang terbaik bagi pelanggan dan mitra bisnisnya. Meskipun sudah tidak diragukan lagi dalam menyediakan solusi di bidang teknologi dan informasi, namun sampai saat ini pekerjaan pada bagian administrasi dan keuangan masih dilakukan secara manual. Pekerjaan manual yang masih ada adalah sebagai berikut:
1.      input data yang sama secara berulang kali, baik pada PCR (Project Condition Report), SO (Sales Order), PO (Purchase Order), dan BKK (Bukti Kas Keluar);
2.      penghitungan dan penulisan jumlah/total pembelian;
3.      pembuatan laporan yang masih dilakukan pada buku jurnal.  
Apabila ingin menginputkan data yang sama masih harus mulai dari awal. Dalam pembuatan laporan pun juga harus menulis dari awal, sedangkan laporan pembelian terkadang diminta secara mendadak, bahkan ketika ada pekerjaan lain yang harus diselesaikan dalam waktu yang hampir bersamaan.
Melihat permasalahan dalam pengelolaan data pembelian tersebut, maka perlu dikembangkan dan  dirancang suatu aplikasi pembelian yang user friendly dan dapat mempermudah serta mempercepat proses administrasi pembelian mulai dari pendataan sampai pembuatan laporan pembelian.
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk merancang Aplikasi Pembelian pada PT. Adi Citra Sakti dengan Menggunakan Microsoft Visual Basic 6.0.


2.      Pembahasan

2.1  Sistem yang Berjalan Saat Ini
Adapun sistem pembelian yang sudah berjalan saat ini di PT. Adi Citra Sakti:
2.1.1        Sistem Purchasing Order
2.1.1.1  Narasi Sistem Purchasing Order
a.    Berdasarkan PO/SPK dari customer dan update harga dari bagian purchasing, bagian sales menyiapkan Project Condition Report (PCR) dan Sales Order (SO) masing-masing 2 rangkapUpdate harga kemudian disimpan oleh bagian sales.
b.      Dokumen PCRSO 2 rangkap  termasuk PO/SPK diserahkan ke admin untuk dimintakan persetujuan ke manager sales dan direktur. Jika tidak disetujui, maka semua dokumen tersebut kembali diperiksa oleh sales.  Apabila sudah mendapat persetujuan dari manajer sales dan direktur, PO/SPK digandakanPCRSO  2 rangkap beserta PO/SPK asli dan PO/SPK sebanyak 2 copyan diserahkan ke bagian finance.
c.       Setelah mendapat persetujuan dari manager finance, maka PCR 1, SO 1,  dan PO/SPK 1 diarsip sementara oleh finance. Sedangkan PCR 2, SO 2, dan PO/SPK asli diserahkan ke bagian admin. Sedangkan PO/SPK 2 diserahkan ke bagian sales untuk kemudian diarsip tetap berdasarkan tanggal.
d.      Berdasarkan PCR 2, SO 2, dan PO/SPK asli, bagian admin menyiapkan PO sebanyak 2 rangkap. PCR 2, SO 2, dan PO/SPK asli beserta dengan PO 2 rangkap dimintakan persetujuan ke bagian purchasing.
e.      Setelah mendapat persetujuan dari purchasing, PO 2 rangkap diserahkan ke bagian finance untuk mendapat persetujuan dari manager. Setelah disetujui, maka PO 1 dikirim ke bagian admin untuk kemudian dikonfirmasikan ke vendor melalui fax/email. Sedangkan  PO 2 diarsip sementara berdasarkan nomor.
f.     Sedangkan PCR 2, SO 2, dan PO/SPK asli diserahkan ke bagian admin. PO/SPK asli digunakan untuk membuat laporan SPK. Kemudian laporan SPK diarsip sementara berdasarkan tanggal.
g.     PO 1 yang sudah dikonfirmasikan ke vendor melalui email bersama dengan PCR 2 dan SO 2 digunakan untuk membuat laporan pembelian. Kemudian laporan pembelian diarsip sementara berdasarkan tanggal.
                                            i.      PO 1, PCR 2 dan SO 2 diarsip sementara berdasarkan nomor.

      2.1.1.2  FOD Sistem Purchasing Order

FOD Sistem Purchasing Order 1





FOD Sistem Purchasing Order 2

2.1.2        Sistem Pembayaran ke Vendor
2.1.2.1  Narasi Sistem Pembayaran ke Vendor
a.       Bagian administrasi menerima invoice dari vendor yang kemudian langsung diserahkan ke bagian finance.
b.      Berdasarkan buku pembelian, PO rangkap ke 2 dan invoice dari vendor, bagian finance menyiapkan Bukti Kas Keluar (BKK) sebanyak 2 rangkap.
c.       Buku pembelian diarsip sementara berdasarkan tanggal, sedangkan PO rangkap ke 2, invoice dari vendor, BKK 2 rangkap diajukan ke manager untuk dimintakan persetujuan.
d.      Setelah disetujui, maka PO rangkap ke 2 dan invoice dari vendor diarsip oleh bagian finance. Sedangkan BKK 2 rangkap beserta uang yang keluar, digunakan untuk pembayaran.
e.       Pembayaran secara tunai akan langsung dibayarkan dan menghasilkan nota pembayaran. Jika pembayarannya melalui transfer di bank, maka akan dihasilkan bukti transfer.
f.       Nota pembayaran atau bukti transfer kemudian dijadikan acuan untuk memberikan informasi kepada pihak vendor (bisa melalui email/fax) bahwa kita sudah melunasi tagihan. Sementara itu, bagian finance melakukan rekap pembayaran ke dalam buku BKK dan menyimpan sementara buku BKK tersebut berdasarkan tanggal.
g.       Kemudian nota pembayaran atau bukti transfer diarsip tetap oleh bagian finance berdasarkan tanggal, disesuaikan dengan BKK.

2.1.2.2 FOD Sistem Pembayaran ke Vendor

FOD Sistem Pembayaran ke Vendor

2.1.3  Sistem Penerimaan Barang
         2.1.3.1  Narasi Sistem Penerimaan Barang
                    a.       Bagian gudang menerima barang dari vendorDelivery Order (DO) beserta dengan invoice, kemudian bagian gudang mengidentifikasi barang tersebut. Bila barang tersebut memerlukan proses lebih lanjut (penginstalan) maka akan dipersiapkan terlebih dahulu. Bila tidak, maka bagian gudang melakukan pengemasan barang tersebut.
                   b.      Invoice dan DO dari vendor beserta barang yang sudah dalam pengemasan tersebut diserahkan ke bagian admin untuk dilakukan rekap data dan selanjutnya invoice dan DO tersebut diarsip sementara oleh bagian admin berdasarkan tanggal. Barang yang sudah dalam pengemasan disimpan sementara. 

  2.1.3.2  FOD Sistem Penerimaan Barang

                                                                             FOD Sistem Penerimaan Barang
3.1        Kebutuhan Sistem
3.1.1        Kebutuhan Perangkat Keras (Hardware)
Perangkat keras yang dibutuhkan untuk menjalankan program aplikasi pembelian ini agar dapat berjalan dengan baik adalah sebagai berikut:
1.      Personal Computer Intel(R) Pentium(R) 4; CPU 3.000 GHz
2.      Memory 3.000 GHz, 0,99GB of RAM

3.1.2        Kebutuhan Perangkat Lunak (Software)
Perangkat lunak yang dibutuhkan agar mampu menjalankan aplikasi pembelian dengan baik adalah sebagai berikut:
1.      Instalasi Windows XP Professional 2003 Service Pack 2
2.      Instalasi Microsoft Visual Studio 6.0 Professional Edition
3.      Instalasi WAMP5 1.6.3
4.      Instalasi SQLyog Enterprise 7.12
5.      MySQL Connector/ODBC 3.51
6.      Crystal Reports


4.1        Implementasi Sistem
        1.         Form Login Admin
     Sebelum masuk ke halaman utama, maka login admin terlebih dahulu. Pada form LOGIN ADMIN ini user menginputkan kode admin, kemudian nama admin akan muncul secara otomatis dan isikan password admin lalu tekan tombol OK.
Tampilan Login Admin


        2.         Form Halaman Utama
Jika kode admin dan password sudah diinputkan dan cocok dengan data yang sudah ada di dalam database, maka ketika tombol OK ditekan akan muncul halaman utama atau beranda seperti di bawah ini. Ada beberapa menu utama yang terdiri dari pendataan, transaksi, cetak transaksi, laporan/display dan selesai.
Halaman Utama

            

3. Kesimpulan

Berdasarkan pengamatan secara langsung dan analisa yang telah dilakukan pada PT. Adi Citra Sakti, maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1.      ketika aplikasi pembelian ini diterapkan, maka pekerjaan manual dapat diminimalkan sehingga membantu menghasilkan dokumen-dokumen penting secara lebih mudah dan lebih cepat, baik dokumen intern seperti PCR, SO, dan BKK maupun dokumen ekstern seperti PO,
2.  ketidakcocokan data pada beberapa dokumen karena human error dapat diminimalkan sehingga pekerjaan pada bagian administrasi dan keuangan akan menjadi lebih efisien, mulai dari input data sampai dengan pembuatan laporan.


4. Daftar Pustaka

Alam, M Agus. Manajemen Database dengan Microsoft Visual Basic 6.0. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2000.
Amsyah, Zulkifli. Sistem Informasi Manajemen. Jakarta: Gramedia, 2005.
Arbie. Manajemen Database dengan MySQL. Yogyakarta: Andi, 2004.
Dhanta, Rizky. Kamus Istilah Komputer Grafis & Internet. Surabaya: Indah, 2009.
Kadir, Abdul. Pengenalan Sistem Informasi 1 Edisi Pertama. Yogyakarta: Andi Offset, 2003.
Kristanto, Andri. Perancangan Sistem Informasi dan Aplikasinya. Yogyakarta: Gava Media, 2008.
Mc. Leod, Raymond dan Schell, George. Sistem Informasi Manajemen. Jakarta: PT. Indeks, 2004.
Oetomo, Budi Sutedjo Dharma. Perencanaan Dan Pembangunan Sistem Informasi, AndiPublisher, Yogyakarta, 2006.
Ramadhan, Arief. Microsoft Visual Basic 6.0. Jakarta: PT. Elex Komputindo, 2004.
Sunyoto, Andi. Pemrograman Database Menggunakan Microsoft Visual Basic 6.0 dan SQL Server 2000. Yogyakarta: Andi, 2007.
Susanto, Azhar. Konsep dan Pengembangan Berbasis Komputer. Bandung: Lingga Jaya, 2007.
Usman, Nurdin. Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002.